Name:
Location: Bekasi, West Java, Indonesia

Tuesday, September 12, 2006

Saya Versus David Beckham


Saya rasa semua orang tentu tahu pesepakbola David Beckham. Dan saya berani taruhan bahwa banyak perempuan yang jatuh hati dengannya, dengan ketampanannya tentu saja permainannya mungkin nomor dua.
Entah kenapa, saya sangat membenci David Beckham dan istrinya, Victoria Adams (Victoria Beckham). Saya yakin banyak perempuan yang protes dengan saya karena begitu membenci Beckham dan istrinya. Tapi sungguh, saya membenci atau tidak menyukai keduanya bukan karena mereka akhirnya menikah dan punya dua anak, lho! Saya tidak menyukai Beckham lantaran gaya hidupnya yang glamor secara berlebihan. Mungkin yang lain bilang saya iri dengan kekayaannya. Aduh, salah kalau Anda berpikir saya iri dengan gaya hidup Beckham. Saya bahagia kok dengan hidup saya yang sekarang ini kendati bukan orang kaya. Lalu?

Bicara soal tampan, saya mengakui Beckham memang tampan. Tapi terus terang saya tidak tertarik pada ketampanannya sama seperti Beckham tentu tidak tertarik dengan wajah saya yang biasa saja ini. Walaupun menurut saya, saya ini cantik dan unik :) Saya juga mengakui bahwa ia pesepakbola yang memiliki kemampuan bagus walaupun menurut saya masih lebih bagus Joe Cole yang bermain sebagai gelandang serang untuk timnas Inggris dan klub Chelsea atau Fabio Cannavaro yang bermain di timnas Italia sebagai kapten dan Juventus (sebentar lagi main di Real Madrid) sebagai bek sentral. Waduh, jadi banyak perbandingannya, nih!

Tapi gambarannya begini, saya tidak suka gaya hidupnya yang serba glamor, saya begitu bencinya dengan tingkah Beckham yang menurut saya terlalu pamer. Padahal dulunya saya tidak benci-benci amat dengan Beckham apalagi semasa ia membela klubnya Manchester United. Dulu Beckham begitu sederhana, meski disorot oleh media ia tidak besar kepala. Namun semenjak ia mulai kencan dengan istrinya yang sekarang, saya melihat karakter Beckham berubah. Ia bukan lagi Beckham yang manis, anak sederhana dari Leytonstone. Ia meninggalkan begitu saja kemanisan dirinya, dan memilih bergabung dengan klub raksasa Spanyol yang juga amat saya benci, Real Madrid. Kok, benci melulu ya? He… Dengan bayaran amat tinggi berlabuhlah ia di Madrid yang juga kota mode dunia. Hasilnya? Beckham sukses menjadi pesepakbola dan model sekaligus!
Konon, Sir Alex Ferguson pelatih Manchester United pun mengeluhkan sikap Beckham yang berubah semenjak ia bersama Victoria. Bahkan mereka terlibat pertengkaran yang membuat Beckham melabuhkan hatinya ke Real Madrid. Bahkan pelatih Chelsea, Jose Maurinho, pernah membandingkan para pemainnya jauh lebih berdedikasi tinggi dalam bermain sepak bola dari pada pemain yang lebih piawai di pangung catwalk dari pada di lapangan hijau. Tentu saja ia menyindir David Beckham salah satunya.

Terlepas dari itu saya jadi merenungkan perubahan sikap David Beckham terutama dalam kurun waktu kurang lebih satu dasawarsa. Ya, manusia memang berubah. Entah itu kearah yang lebih baik atau yang lebih buruk. Saya percaya Beckham pun mengalami itu semua. Mengalami proses pendewasaan dirinya untuk menjadi laki-laki sejati menurut pemahamannya. Fakta bahwa ia adalah pemain dengan kualitas bagus, dianugerahi ketampanan yang bisa membuat para perempuan tidak bisa tidur semalam suntuk (kecuali saya), ia juga seorang ayah yang penuh kasih bagi anak-anaknya dan suami yang baik bagi istrinya, ternyata juga mempunyai sisi buruknya.

Lihatlah kekayaannya yang melimpah dengan gaji perminggu yang bila kita mendengarnya bisa membuat kita melongo saking banyaknya. Belum lagi menjadi duta UNICEF yang makin menambah kepopulerannya, ditambah lagi berapa nilai kontraknya sebagi model produk tertentu. Beckham tak ubah mesin uang bagi klubnya. Tapi lihat akibatnya, ia semakin menjadi pribadi yang seolah-olah pamer. Dengan begitu ia semakin membiarkan media untuk tak habis-habisnya memberitakan dirinya. Masih ingatkah dengan skandal seksnya dengan Rebecca Loos, anak seorang dubes Inggris di Spanyol? Kala itu Beckham menjadi santapan empuk para pemburu berita yang memburunya bak harimau kelaparan.
Saya semakin jauh merenung dengan kehidupan Beckham yang bak selebriti. Saya juga bepikir bahwa mungkin salah satu penyebab ia berubah adalah istrinya yang memang dari keluarga kaya di Inggris. Mungkin pengaruh glamor Victoria menular ke Beckham. Atau mungkin waktu, lingkungan sekitarnya dalam hal ini teman-temannya, dan media massa lah yang mengubah sikap Beckham. Saya jadi berpikir apakah dia bahagia dengan cara hidupnya yang ia jalani sekarang ini dengan banyaknya orang yang ingin tahu kehidupan pribadinya.
Mungkin segalanya memang telah berubah dan menjadi menyenangkan bagi Beckham yang dulunya cuma seorang bocah dari kota kecil Leytonstone. Kesederhanaan dan kerendahan hati. Mungkin itulah yang kurang dalam diri Beckham. Saya pun menyadari bila saya menjadi Beckham mungkin berat untuk menampik godaan dengan tetap menjadi orang yang sederhana dan rendah hati apalagi dengan ketenaran yang sudah diraihnya.

Saya jadi teringat dengan Alessandro Del Piero, pemain sepak bola asal Italia yang bermain untuk klub Juventus. Saya rasa banyak perempuan yang jatuh hati juga dengan ketampanannya sama seperti saya. Tapi itu dulu ketika saya masih SMU yang begitu memujanya karena ketampanannya. Lambat laun saya mulai menyadari ada yang lebih dari kepribadiannya. Ia begitu rendah hati sampai sekarang, bahkan ketika ia menjadi pemain dengan gaji paling mahal sekalipun. Saya jarang mendengar gossip atau berita tentangnya yang bernada miring. Ia tahu kapan harus bermain di lapangan, kapan harus menjauhkan diri dari media sehingga ia seperti tak tersentuh oleh media. Ia tahu kapan untuk muncul dan kapan untuk menarik diri dari publik. Ia tipe laki-laki rumahan, yang lebih senang tinggal di rumah sambil berkebun di rumahnya yang luas di pinggiran kota Torino. Bahkan untuk pendampingnya ia memilih perempuan biasa, Sonia Amoruso, seorang pramuniaga sebuah butik, yang wajahnya sangat cantik menurut saya. Sonia Amoruso ini tak lain adik kandung Nicola Amoruso, teman seangkatan Del Piero di Juventus dulu.

Kembali ke David Beckham, saya begitu menyayangkan perubahan sikapnya. Lihatlah, ia sudah menjadi smbol pria metroseksual. Semua orang ingin bergaya sepertinya, bahkan gaya potongan rambutnya pun selalu diikuti oleh para penggemarnya, baik itu panjang dikuncir, Mohawk, atau botak sekalipun. Ya, Beckham telah memilih jalan hidupnya dengan memilih jalur ketenaran, kekayaan, dan banyak skandal darinya. Kendati ia telah menjadi lelaki sejati bagi orang di sekitarnya, tetap saja ada bagian dalam dirinya yang hilang, kesederhanaan dan kerendahan hati. Ia bukan lagi bocah sederhana dari Leytonstone, ia telah berubah wujud menjadi lelaki metroseksual. Dan hal inilah yang membuat saya begitu membencinya. Ah, betapa kejamnya ketenaran dan kekayaan sehingga mampu merubah seseorang. Itulah hidup dan setiap orang harus menentukan pilihan mana yang terbaik untuk dirinya.

© 6 Juni 2006 (untuk semua penggemar sepak bola)

0 Comments:

Post a Comment

<< Home