december

Name:
Location: Bekasi, West Java, Indonesia

Wednesday, October 04, 2006

Cahyadi

Titus Cahyadi Gardjito alias Kwik Kim San. Mendadak saya teringat akan nama itu ketika saya tanpa sengaja mendengar lagu No Me Ames yang dinyanyikan oleh J-Lo dan Marc Anthony. Pikiran saya melayang jauh ke masa-masa indah SMU. Cahyadi, biasa ia dipanggil adalah sahabat saya semasa SMU. Ia kakak kelas saya. Ia amat pendiam, pintar, dan "anti cewek". Saya tertarik untuk menjadi temannya didorong oleh rasa penasaran karena keanehan dirinya. Tapi rupanya sulit mendekatinya, selain kerena pribadinya yang tertutup ia juga banyak menyimpan masalah keluarga yang kelam. Saya tidak putus asa, saya dekati ia. Akhirnya berhasil! Lama kelamaan ia menerima saya sebagai sahabat, sekaligus sebagai adiknya. Kami banyak menghabiskan waktu bersama, curhat, sehingga banyak teman-teman dan guru mengira kami pacaran. Tapi tidak begitu kenyataannya. Cahyadi banyak disukai cewek-cewek, bahkan saya sering menggodanya hingga ia malu. Dan kalau ia malu mukanya menjadi memerah, pokoknya lucu sekali. Kedekatan Cahyadi membuat sifatnya yang malu-malu menjadi lebih terbuka, dan tambah cerewet! Teman laki-laki saya bilang sejak Cahyadi dekat dengan saya ia menjadi cerewet. Hehehehe... Kami saling menyayangi sebagai sahabat. Ketika akhirnya ia selesai dan kembali ke Jakarta, kami masih saling berhubungan.
Bulan Februari tahun 2001, ia mengajak saya bertemu dan main ke rumahnya. Ia anak bungsu dari lima bersaudara dan anak laki-laki satu-satunya. Kami menghabisakan waktu bersama dengan tertawa dan curhat. Waktu itu ia sedang curhat masalah cewek yang ia taksir dan lagu yang sedang kami dengarkan adalah lagu No Me Ames-nya J-Lo dan Marc Anthony. Senang rasanya menggodanya Cahyadi tentang masalah cewek. Ya, hari itu menjadi hari indah terakhir dalam hidup kami.
Lama tidak mendengar kabar dari Cahyadi hampir sebulan lamanya sejak terakhir kali bertemu. Saya heran, tak biasanya ia begini. Saya kemudian menelpon ke rumahnya, dan kakaknya yang mengatakan Cahyadi sudah sebulan terbaring di rumah sakit karena mengalami kecelakaan motor. Mendadak lutut saya terasa lemas. Saya terkejut karena ternyata keadaannya parah. Ia sudah menjalani dua kali operasi kepala karena ada pendarahan di otak.
Setelah itu, saya berupaya untuk bisa menjenguk Cahyadi. Tetapi jadwal kuliah yang padat membuat saya tidak bisa segera menjenguknya. Padahal Edo salah satu teman Cahyadi dan juga teman saya sudah mengajak saya untuk menjenguk. Tapi saya tidak bisa.
Tanggal 30 Maret 2001, adalah hari kelabu bagi saya. Tepat pukul 15.00 Cahyadi menghembuskan nafas terakhir. Saya yang sedang mendapat tugas untuk nonton konser Kenduri Cinta di Senayan tidak tahu sama sekali tentang meninggalnya Cahyadi. Padahal telepon di rumah selalu menerima telepon dari teman-teman yang mengabarkan kematiannya. Saya yang belum punya HP, kesulitan untuk dihubungi oleh teman-teman saya. Mbak Sesi, kakak perempuan saya, yang menghubungi teman saya yang kebetulan ada bersama saya. Dunia bagaikan runtuh menimpa saya saat saya menerima kabar itu. Air mata langsung mengalir deras membasahi pipi saya. Lutut terasa lemas, tak sanggup saya berdiri.
Esoknya harinya saya ditemani oleh teman saya pergi ke rumah duka Atma Jaya, untuk melihat jenazahnya disemayamkan. Saya menangis sejadi-jadinya sampai mata saya bengkak. Tuhan, kenapa? Itu yang saya tanyakan padaNya. Saya bisa melihat betapa dalam duka keluarganya terutama mamanya, Tante Herawati. Hati saya hancur sekali saat itu melihat jenazahnya terbaring kaku di peti mati. Ingin saya peluk, ingin saya cium terakhir kali, tapi tak bisa. Yang lebih menghancurkan saya adalah hari itu, tanggal 31 Maret 2001 adalah hari ulang tahun Cahyadi, 21 tahun usianya seandainya ia tidak dipanggil Bapa. Saya yakin ia akan sembuh, sehingga saya bisa merayakan ulang tahunnya. Tapi Bapa berkehendak lain. Satu hari sebelum ia berulang tahun, Bapa sudah memanggilnya.
Esoknya saat pemakaman di TPU Pondok Rangon, saya terpekur melihat peti matinya. Saya kembali menangis saat petinya masuk ke dalam liang lahat. Tangan saya gemetar mengambil bunga taburan untuk ditaburkan ke dalam liang lahat. Tak lupa saya masukkan kartu ulang tahun ke dalam liang lahat. Hancur hati saya melihat gundukkan tanah merah itu.
Penyesalan saya teramat dalam. Andai saja saya sempat menjenguk ia saat di rumah sakit, mungkin saya masih bisa melihat ia hidup untuk terakhir kalinya. Berhari-hari saya tidur dengan gelisah, membuat mama sedih dan mengingatkan saya untuk merelakan kepergian Cahyadi supaya ia juga bisa beristirahat dengan tenang. Yang lebih menghancurkan hati saya adalah saya orang terdekat Cahyadi selain keluarganya tapi saya pula orang terakhir yang tahu berita kematiannya. Meski kesedihan yang saya alami teramat dalam tapi saya memasrahkan semuanya kepada Bapa, sebab Dialah sang empunya kehidupan. Selamat jalan, sahabat! Semoga arwahmu beristirahat dengan tenang. Kenangan kita akan kukenang selamanya.

Saturday, September 30, 2006

Gombloh

Mungkin sahabat saya yang paling saya sayangi selain manusia adalah anjing. Saya sangat mencintai hewan yang satu ini. Di rumah saya saat ini saya memelihara anjing kampung dua ekor. Namun yang akan saya ceritakan justru bukan mengenai anjing yang ada di rumah saya melainkan anjing asrama saya.
Saya menempuh masa SMU saya di SMU Sedes Sapientiae di desa Bedono, Ambarawa, Jawa Tengah. Selama tiga tahun saya menghabiskan masa ABG di sebuah asrama Katolik yang dikelola oleh suster-suster Ordo Fransiskan. Selama tiga tahun ada dua ekor anjing yang sempat saya rawat dan pelihara, yaitu Chiko dan Gombloh. Gomblohlah yang paling setia menemani saya selama itu. Anjing ini gagah sekali dengan bulu dada berwarna putih dan warna hitam dominan di sekujur tubuhnya. Meski anjing kampung tapi ia berbadan besar dan kuat. Oya, ia berkelamin jantan.
Setelah Chiko mati, Gombloh datang di asrama untuk membantu para penjaga sekolah menjaga sekolah dan asrama. Ketika datang pertama kali, umurnya masih tiga bulan, masih lucu-lucunya. Para penjaga sekolah tahu kesukaan saya akan anjing, jadi mereka membiarkan saya ikut merawat Gombloh. Bayangkan, saya sampai membeli piring plastik untuknya agar ia bisa makan dan minum dengan leluasa.
Karena sering saya beri makan, maka ia sangat setia dan penurut pada saya. Setiap kali jam makan tiba, baik itu makan pagi, siang dan malam, ia sudah setia menanti makanannya pula. Saya rela membagi lauk yang saya makan untuk Gombloh, padahal seperti halnya di asrama jatah tiap anak hanya satu lauk. Setiap hari minggu sepulang dari gereja, saya selalu mampir di pasar untuk membeli susu kental manis cap Bendera. Bayangkan, untuk anjing saja saya sampai membeli susu yang paling mahal. Padahal, berapa sih uang saku anak asrama? Boleh dibilang tidak banyak, meski begitu saya sangat hemat untuk diri sendiri tapi tidak untuk Gombloh :)
Jika saya sedang enggan membagi lauk, saya memberi Gombloh nasi yang banyak di piringnya kemudian susu kental manis itu saya campurkan dengan nasinya. Gombloh pun makan dengan lahap. Tak heran Gombloh berbadan besar.
Namun yang membuat saya semakin menyayanginya adalah kesetiaannya kepada saya, kepada tuannya. Setiap kali saya lembur belajar sampai jam tiga pagi, ia akan setia menemani saya di ruang belajar. Ia tertidur di samping saya, sementara saya duduk belajar. Apabila saya mulai memberesi buku-buku, otomatis Gombloh akan terbangun dan mulai merenggangkan otot-ototnya. Buntutnya pasti bergoyang senang, dan sebagai penghargaan padanya saya akan menepuk-nepuk kepalanya bercanda sebentar sebelum kembali ke kamar. Kemudian ia akan mengantar saya sampai masuk ke kamar. Kemana pun saya pergi ia akan membututi saya. Bahkan sampai ke sekolah, karena sekolah dan asrama berbatasan langsung. Setiap pagi ia akan membangunkan saya dengan menggaruk-garuk pintu kamar kami. Biasanya teman saya akan membukakan pintu, dan ia akan mencari saya dan buntutnya bergoyang gembira. Oya, kami semua tidur di tempat tidur bertingkat dan saya tidur di atas. Begitu pun setiap doa pagi atau malam, ia akan setia mengikuti saya ke aula asrama.
Saat akan meninggalkan asrama terasa berat bagi saya. Seakan tahu saya akan meninggalkan ia untuk selamanya ia sedih sekali. Ia mendengking-dengking. Saya pun memeluknya dan mulai menangis. Gombloh diam saja saat saya memeluknya dan menangis sedih, seolah ia merasakan hal yang sama. Mungkin saya bodoh karena memperlakukan anjing seperti manusia. Tapi sungguh, Gombloh tak akan tergantikan selamanya. Ia ada di hati saya selamanya. Kesetiaanya membuat saya makin mencintai anjing. Ah, andaikan saja manusia juga berjiwa seperti anjing. Jika demikian tidak ada saling mengkhianati dan menyakiti satu sama lain. Gombloh, dimana pun kau berada dalam hatiku selalu ada ruang khusus untuk mengabadikan dirimu. Selamanya kau adalah sahabat sejatiku!

Thursday, September 28, 2006

Periang

Terkadang saya heran, banyak orang yang mengatakan bahwa saya orang yang periang. Bahkan ada salah satu dosen saya yang mengatakan dengan terang-terangan bahwa saya orang yang periang, tak pernah ia melihat saya bersedih. Wah, saya tersanjung sekaligus malu. "Masak sih", begitu pikir saya. Bahkan ada beberapa teman yang mengatakan demikian juga. Sahabat saya, Fahmi, kalau sedang tak enak hati juga selalu menghubungi saya supaya mendapat "pencerahan". Hehehehehe...
Tapi mungkin begini, pada dasarnya saya memang pribadi yang hangat, ramah, walaupun wajah saya juga termasuk galak :) Kalau wajah galak dan memang saya termasuk orang yang galak itu karena faktor keturunan. Maklum, Papa kan orang Tanimbar (Maluku Tenggara) dan beliau keras serta disiplin mendidik anak-anaknya. Ditambah lagi ia seorang guru. Kembali ke masalah periang, Papa sendiri mengatakan saya orang yang mudah bersosialisasi dan ramah.
Mungkin ini adalah anugrah Tuhan. Saya bersyukur menjadi orang yang periang. Sampai-sampai ada teman yang mengatakan kok saya tertawa terus gak pernah sedih. Semua manusia pernah bersedih, saya juga. Tapi saya tidak pernah menampakkan kepada orang bahwa saya sedang bersedih. Selalu saya tutupi dengan keriangan saya. Pernah saya curhat kepada teman, dia sendiri sampai tidak menyangka bahwa saya sedang mengalami masalah yang berat. Karena memang saya tidak terlihat sedang bersedih.
Lepas dari masalah bersedih atau periang, pada intinya saya senang mempunyai pribadi yang periang. Paling tidak hal ini yang menghindarkan saya dari masalah stress! Dengan menjadi seorang periang rasanya dunia semakin indah dan berupaya menjadi orang yang berpikir positif. Terima kasih Tuhan!

Filosofi Memasak

Saya suka memasak. Masak apa saja, masak sayur, masak daging, kue-kue, pokoknya saya suka memasak. Padahal dulu saya tidak suka memasak. Boro-boro masak, yang saya suka hanya makannya saja. Saya mulai menyukai memasak karena dipaksa keadaan. Di rumah tidak ada pembantu sejak dulu, semuanya dikerjakan sendiri. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, dan banyak pekerjaan rumah tangga lainnya dikerjakan sendiri.

Tahun 2002 baru saya mulai memasak. Mulanya sulit, untungnya saya dulu sering membantu Mama di dapur meski bukan memasak. Dari yang tidak bisa memasak, makin lama saya semakin bisa memasak. Lama-lama kalau Mama sudah malas memasak, sayalah yang disuruh masak. Yang lucu, saya sering bertengkar masalah memasak dengan Mama. Dan biasanya kalau sudah begitu apapun yang saya masak rasanya akan tak karuan meski dengan bumbu yang sama, cara yang sama, dan tangan yang sama. Mbak Sesi, kakak perempuan saya pernah berkata begini: "Gue paling sebel kalo makan masakkan lu pas lu abis berantem sama Mama. Amit-amit deh rasanya! Gak enak!".

Tahun 2004, ada sebuah dorama (sinetron Jepang) yang berjudul Azuka. Ceritanya tentang sebuah keluarga di Osaka yang mempunyai usaha sebagai pembuat kue tradisional Jepang. Dari sanalah saya belajar filosofi memasak. Satu yang saya mengerti bahwa memasak pun butuh jiwa di dalamnya. Pada saat memasak kita memberikan hati, memberikan jiwa pada masakkan kita. Bila hati kita tenang, penuh konsentrasi, maka masakkan yang kita buat akan terasa lezat. Namun apabila saat kita membuatnya dengan emosi negatif seperti habis bertengkar maka niscaya masakkan itu pun akan terasa tidak enak, penuh energi negatif di dalamnya.

Wednesday, September 27, 2006

Arti Hidup

Hidup adalah anugrah, terimalah
Hidup adalah tantangan, hadapilah
Hidup adalah penderitaan, atasilah
Hidup adalah pertandingan, menangkanlah
Hidup adalah kewajiban, lakukanlah
Hidup adalah kesukaan, nikmatilah
HIdup adalah lagu, nyanyikanlah
Hidup adalah janji, penuhilah
Hidup adalah teka-teki, pecahkanlah
Hidup adalah kasih, bagikanlah
Hidup adalah kesempatan, gunakanlah
Hidup adalah keindahan, bersyukurlah
Bertindaklah dan isilah hidupmu bagi kemuliaanNya!

Tuesday, September 26, 2006

Metallica

Mungkin tidak banyak perempuan yang suka dengan grup metal seperti Metallica. Saya salah satu penggemar beratnya. Pertama kali saya mendengar musiknya dari kakak laki-laki saya, Natalis. Kala itu saya baru berumur 10 tahun, dan lagu pertama yang saya dengar adalah One dan Master Of Puppets. Kesukaan saya kepada grup ini semakin bertambah setiap harinya. Sampai-sampai saya hafal nama, dan hal-hal kecil lainnya.
Kesukaan itu terus saya pupuk, saya beli kaset mereka mulai dari album pertama sampai yang terbaru. Saya rela menyisihkan uang jajan saya setiap harinya. Waktu itu harga kaset masih Rp 3.000,00! Mulai dari album Kill 'Em All, Ride The Lightning, Master Of Puppets, ... And Justice For All, Metallica (The Black Album), Load, Reload, Metallica & San Fransisco Symphony Orchestra 1 & 2, yang terbaru Saint Anger sayang belum beli :) Semuanya saya suka, saya hafal kata-katanya. Bukankah aneh jika ada perempuan suka Metallica? Ah, tidak juga! Bukan hal yang aneh, tapi unik dan ini masalah selera.
Tahun 2005 kemarin bulan Desember saya nonton film dokumenter yang berjudul Metallica: Some Kind Of Monster. Terus terang, emosi saya waktu menonton begitu diaduk-aduk. Saya terpana melihat kehidupan nyata mereka. Mereka yang selama ini saya bayangkan hebat, ternyata mempunyai sisi manusiawi juga. Mereka bertengkar mulut, mengalami frustasi, mengalami kejatuhan, dan ada saat mereka kembali dengan senyum dan tawa. Kedewasaan mereka membuat saya terenyuh, mereka bertengkar secara dewasa, mengatasi masalah dengan dewasa. Pada akhirnya film dokumenter tersebut menjadi tidak penting, yang penting adalah kedewasaan mereka secara mental.
Ada salah satu adegan yang membuat saya terharu, adalah kala James Hetfield, sang vokalis mengucapkan terima kasih kepada para napi di penjara San Quentin, tempat mereka membuat video klip Saint Anger. James, sang lelaki perkasa, sampai menitikkan air mata. Saya terpana. Memang benar ternyata mereka Sekeras Baja Selembut Bunga (judul di koran Kompas ketika mereka konser di Indonesia). Suka duka kehidupan telah menempa mereka menjadi pribadi yang kuat dan matang. Salut untuk kalian!

Monday, September 25, 2006

September Kelabu

Saya yakin bahwa suka duka kehidupan selalu ada di dunia ini. Saya juga yakin bahwa dengan merasakan pahit manisnya pengalaman hidup semakin membuat saya kuat, dan yang terpenting membuat hidup saya lengkap. Menjelang masa stase (kerja praktek) di Trans TV, saya dikejutkan berita kematian ibunda Veronika Poernomo tanggal 30 Agustus 2006. Saya dan Vero sama-sama bersekolah di SMU Sedes Sapientiae, Bedono, Ambarawa. Hanya saja ia adik kelas saya langsung. Kami berdua cukup dekat, bahkan ia sudah menganggap saya seperti kakaknya sendiri. Begitu pula sebaliknya. Ibunya sudah lama menderita kanker. Saya juga kasihan dengan penderitaan beliau yang sudah berlangsung sejak lama. Meski saya mendoakan kesembuhannya, namun juga saya memohon agar apabila memang Bapa di surga berkendak lain, semoga penderitaannya jangan ditambah lagi. Ah, kasihan Vero. Ia sudah jadi yatim piatu sekarang. Ayahnya juga sudah beristirahat di rumah Bapa sewaktu ia masih duduk di kelas 1 SMU. Saya datang melayat, dan Vero menangis di pelukkan saya. Saya hanya bisa membisikkan kata-kata penghiburan, hati saya pun ikut menangis.
Saat saya berangkat ke Purwakarta untuk ikut liputan tim Jelajah, ada lagi berita mengejutkan dari keluarga di rumah. Oom Nilus, adik langsung di bawah Papa meninggal dunia tanggal 4 September 2006. Saya terheyak membaca sms dari Mbak Sesi, kakak perempuan saya. Saya menerima berita itu sore hari menjelang maghrib persis ketika liputan di waduk Jatiluhur akan berakhir. Saya tak bisa berkata apa-apa. Saya hanya menyembunyikan aliran air mata yang jatuh dengan sendirinya. Oom Nilus adalah adik kesayangan Papa, namun sudah 3 tahun belakangan kami berpisah karena masalah keluarga. Ya, saya tahu hidup mati semua di tangan Bapa. Masalah keluarga pula yang membuat saya yakin ada sangkut pautnya. Saya juga sedih karena saya cukup dekat dengan beliau semasa masih hidup. Ah, sudahlah! Saya tahu kesedihan apa yang ada di hati Papa. Ap mau di kata, semua sudah terjadi. Requiscat In Pace, semoga arwahnya beristirahat dengan tenang.
Tanggal 5 September 2006, mobil yang kami tumpangi mengalami kecelakaan di Purwakarta. Kejadiannya sekitar tengah hari. Motor yang menabrak mobil kami pengendaranya mengalami luka, sehingga terpaksa kami hentikan pengambilan gambar. Ternyata urusannya menjadi panjang dan ribet tak karuan. Kami baru bisa bernafas lega jam 9 malam. Hari yang panjang dan melelahkan.
Tanggal 7 September 2006, Siwi masuk RS Sint Carolus. Ia juga adik kelas saya di SMU dan seangkatan dengan Vero. Rupanya sakit Tifus, dan sempat masuk ruang ICU. Saya yang masih trauma dengan meninggalnya Oom Nilus, jadi takut akan kehilangan Siwi. Untungnya, semua tidak apa-apa. Terima kasih, Bapa!
Tanggal 13 September 2006, kembali saya dikejutkan dengan berita kematian Oom Pius Batsyeran, sepupu Papa di Bandung. Saya semakin tak mengerti kenapa harus berturut-turut kejadian menyedihkan terjadi lagi. Tapi saya yakin rencana Bapa indah, saya yakin semuanya terjadi karena Bapa mempunyai rencana yang lain, ada berkat tersembunyi.

Friday, September 22, 2006

Media & Kecantikan

Zaman mulai berkembang tidak hanya di benua Eropa, Australia, dan Amerika tapi juga di Asia dan Afrika. Adanya keterbukaaan ekonomi juga membuka peluang bisnis di bidang yang lain. Bisnis yang sangat berkembang baik sekarang maupun dulu adalah bisnis kecantikan untuk wanita khususnya. Kita lihat betapa banyaknya produk kecantikan berlomba-lomba menawarkan produknya melalui media cetak dan audio visual. Semua mengatakan produknya nomor satu, tentu saja.
Namun, ada keprihatinan yang lebih dari produk kecantikan ini. Jika kita teliti lebih lanjut, hampir semua produk kecantikan menawarkan produk pemutih. Semuanya mengatakan bahwa wanita yang berkulit putihlah yang lebih cantik dan yang pasti akan menaklukan semua pria. Sungguh sangat memprihatikan dan juga tidak adil. Lihat perempuan yang berasal dari kawasan Indonesia Timur seperti dari Flores, Maluku dan Papua. Mereka semua berkulit coklat gelap. Apakah bisa produk pemutih dipakai mereka? Apakah mereka yang berkulit demikian tidak akan disukai dan dilirik oleh pria meskipun mereka punya kelebihan yang lain?
Definisi cantik tidak sama setiap masanya. Dulu, wanita yang cantik adalah wanita yang digambarkan dengan tubuh montok. Kemudian menjadi yang kurus seperti lidi, dan seterusnya. Demikian juga definisi wanita yang cantik dilihat dari warna kulitnya.
Perlu kita ketahui pula bahwa sebenarnya kita menjadi korban persaingan dunia industri kecantikan. Para produsen yang notabene adalah dari luar (Eropa dan Amerika) tentu saja mempunyai warna kulit putih. Mereka menyamakan kulit kita seperti mereka. Tentu hal ini tidak sama. Perlu diketahui juga bahwa orang Afro-Amerika pernah membuat gerakan yang mengatakan “Black Is Beautiful!”. Mereka mengatakan bangga dengan warna kulit mereka. Ini yang membedakan mereka dengan orang Indonesia. Mereka bangga dan tidak ingin mengubah warna kulit yang memang tidak akan berubah sampai mati.
Produk pemutih juga tidak sepenuhnya aman bagi kulit. Menurut penelitian Departemen Kesehatan produk pemutih kebanyakkan menggunakan zat Merkuri yang sangat berbahaya bagi kulit dan bisa menyebabkan kanker kulit. Hal ini tentu sangat berbahaya untuk perempuan Indonesia. Tapi, sangat disayangkan mereka yang menggunakan produk pemutih belum mengetahui hal ini.
Iklan sangat mempengaruhi hidup kita. Jargon iklan terkadang mempunyai daya yang mampu menggerakkan kita dan mempengaruhi kita. Iklan menciptakan ketakutan dalam diri kita sehingga bila yang berkulit putih pasti cantik, dan sebagainya. Hal ini sangat tidak menyenangkan tentunya. Seakan semuanya berasal dari warna kulit. Akibat iklan itu juga para pria juga mempunyai anggapan bahwa wanita yang cantik adalah yang berkulit putih. Namun, korban yang paling banyak adalah para ABG dan wanita dewasa yang sangat royal belanja produk kecantikan untuk tubuhnya. Tak terkecuali produk pemutih. Bagi mereka mungkin yang cantik dan putih berarti mempunyai rasa percaya diri yang berlebih dari pada yang berkulit berwarna. Pada akhirnya perlu kesadaran para wanita untuk mensyukuri anugerah Tuhan terutama dengan warna kulit kita. Orang bule saja ingin punya warna kulit seperti kita, masa kita ingin putih seperti orang bule?

ANALISA FILM "BEND IT LIKE BECKHAM"

BEND IT LIKE BECKHAM

SINOPSIS
Jasminder Bhamra (Jess) adalah seorang gadis remaja yang tinggal di bagian barat London, Inggris. Ia penggemar berat sepakbola dan ia sangat mengidolakan David Beckham, yang foto-fotonya memenuhi dinding kamarnya. Orangtuanya masih kuat dengan tradisi India dan sudah pasti ‘kolot’. Ia mempunyai seorang kakak perempuan yang cantik walaupun sedikit menyebalkan bernama Pinky.
Pada suatu hari, ketika sedang bermain bola dengan kawan-kawannya, Jess bertemu dengan Juliette Braxton (Jules) yang bermain untuk tim sepakbola wanita lokal, Hounslow Harriers. Jules mengajak Jess untuk ikut bergabung dan memperkuat tim. Namun Jess tahu orangtuanya tidak akan mengizinkannya bermain bola, sehingga dia mulai masuk ke dalam rangkaian kebohongan yang rumit dengan menjalani kehidupan ganda sebagai pelajar sekaligus pemain bola.
Kehidupan yang rumit mulai dijalani Jess. Dalam keruwetan keluarga yang sangat tradisional, masalah kakaknya yang hendak menikah, masalah dalam sepakbola, ditambah lagi dengan cinta segitiga antara Jess, Jules, dan Joe (pelatihnya) seakan menambah ruwet permasalahan.
Namun Jess tidak menyerah begitu saja. Dengan dukungan Jules dan Joe pelan tapi pasti keluarga mulai menerima pilihan hidup Jess. Dan bersama Jules mereka mendapatkan apa yang mereka inginkan, mendapat beasiswa di Universitas Santa Clara, salah satu universitas bergengsi di Amerika, dan bermain sepakbola professional!

ANALISIS FEMINIST FILM THEORY
Film Bend It Like Beckham, adalah salah satu film yang sangat menarik. Menarik karena mengangkat kehidupan dan tradisi masyarakat India di Inggris, khususnya di London, dan pergulatan serta benturan budaya antara orangtua yang masih memegang teguh tradisi dengan anak yang ingin lepas dari tradisi walaupun tetap mencintai tradisi itu sendiri.
Terlepas dari gaya penyajian ala Hollywood, nilai lebih yang ada dalam film ini adalah menyajikan adat istiadat dan budaya India yang mungkin jarang sekali diangkat menjadi sebuah film yang menarik. Sang sutradara sekaligus penulis, Gurinder Chadha, jeli mengangkat permasalahan budaya India. Hal ini juga dimungkinkan karena sudut pandangnya sebagai seorang India tulen.
Berbicara tentang adat istiadat India, perlu juga diingatkan tentang sejarah kolonialisme Inggris di dunia pada umumnya dan di India pada khususnya. Kita semua tahu, bahwa negara Inggris adalah negara yang mempunyai daerah jajahan paling banyak di dunia. Indonesia pun termasuk pernah dijajah oleh Inggris, walaupun hanya beberapa tahun, yakni antara tahun 1801-1806. Hampir separuh negara-negara yang ada di dunia pernah merasakan penjajahan Inggris.

PENEMUAN TEORI GEOSENTRIS DAN ERA BARU KOLONIALISME DI DUNIA
Penjajahan atau kolonialisme di seluruh dunia dimulai dari adanya penemuan teori Heliosentris oleh Nicolaus Copernicus (1473-1543). Nicolaus Copernicus (Nikolaj Kopernik) adalah seorang ilmuwan asal Torun, Polandia yang lahir tanggal 19 Februari 1473. Semenjak usia 20 tahun belajar ke Italia belajar ilmu kedokteran dan hukum di Universitas Bologna dan Universitas Padua. Ia mengemukakan bahwa bumi itu bulat dan planet-planet beredar mengelilingi matahari. Hal ini sangat berlawanan dengan teori tentang bumi ini pada masa itu yang sebelumnya dikemukakan oleh Ptolomaeus (sekitar tahun 100 SM-178 SM) seorang ilmuwan dari Yunani yang mengemukakan teori bahwa semua benda angkasa itu beredar mengitari bumi (teori Heliosentris) Hal ini juga berarti bahwa bumi dan manusia itu menjadi pusat tata surya.
Kebenaran teori Geosentris ini kemudian dibuktikan oleh ilmuwan Galileo Galilei (Pisa, 15 Februari 1564-Florence, 8 Januari 1642). Teori Geosentris ini dikemukakan oleh Galileo tahun 1583. Pada masa itu semua orang berpegang pada teori Ptolomaeus, sehingga ketika Galileo mengemukakan teori ini hampir semua orang menjadi marah dan menuntut ia untuk menarik ucapannya. Hal ini lebih diperparah lagi dengan adanya campur tangan Gereja Katolik, yang pada masa itu kekuasaannya sangat besar dan berpengaruh dalam semua bidang kehidupan. Meski demikian Paus Urbanus VIII yang merupakan pengagum Galileo melonggarkan hukuman dengan hanya mengenakan tahanan rumah. Kelak, Gereja Katolik lewat almarhum Paus Yohanes Paulus II meminta maaf atas kesalahan masa lalu termasuk diantaranya Perang Salib juga atas ‘hukuman’ yang tak adil bagi Galileo.
Berangkat dari penemuan besar bahwa bumi itu bulat, dan juga penemuan lain di bidang ilmu pengetahuan seperti penemuan kompas, pembuatan kapal perang, peta, dan navigasi, maka dimulailah penjelajahan samudera yang dipelopori oleh empat negara yaitu: Portugis, Spanyol, Inggris, dan Belanda. Pada awalnya penjalejahan samudera bertujuan untuk berhubungan dagang langsung dengan Hindia Timur, dan juga untuk menemukan wilayah baru. Para penjelajah Portugis dan Spanyol dibiayai oleh pemerintah, sedangkan Inggris dan Belanda dibiayai oleh serikat dagang. Dalam perkembangan selanjutnya dalam berlomba menemukan wilayah baru, terciptalah semboyan 3 G, yaitu: Gold, Glory, dan Gospel (kekayaan, kejayaan, dan penyebaran agama ).
Tak terhitung banyaknya wilayah yang ditaklukkan oleh keempat bangsa ini. Sebut saja dari Portugis, Bartholomeo Diaz yang mengelilingi lautan Atlantik ke Tanjung Barapan Baik dan Vasco da Gama yang berlayar dari Tanjung Hapapan sampai ke India. Dari Spanyol sebut saja Christophorus Columbus yang menemukan benua Amerika dan Francessco Pizzaro yang menaklukkan suku Inca di Peru. Dari Belanda, Cornelis de Houtman yang berlayar ke Indonesia melalui lautan Hindia ke selat Sunda, dan Abel Tasman yang berlayar ke kepulauan Tasmania, Fiji, dan Selandia Baru.
Inggris memulai pelayaran menemukan wilayah baru dipimpin oleh Sir Francis Drake (1577-1580) dan William Dampier yang berlayar ke pantai barat benua Australia dibawah pemerintahan Ratu Elizabeth I (1558-1603). Keadaan Inggris sendiri di dalam negeri juga sedang mengalami krisis dengan adanya perselisihan antar agama yang kemudian terpecah menjadi kubu Katolik dengan Anglican sehingga menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Perjalanan panjang para penjelajah Inggris ini membuahkan hasil yaitu banyaknya negara yang menjadi jajahan Inggris. Di kawasan Asia sebut saja Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Hong Kong (sekarang masuk wilayah RRC), serta India. Negara-negara yang pernah dijajah itu kemudian setelah merdeka menjadi anggota persemakmuran. India sendiri dijajah Inggris sejak tahun 1857-1947. India memperoleh kemerdekaan adalah karena Mahatma Gandhi, seorang tokoh yang menentang Inggris dengan cara damai. Mahatma Gandhi sendiri terbunuh oleh seorang militan Sikh. Tak heran dengan banyaknya wilayah yang ditaklukkan oleh Inggris maka bahasa Inggris menjadi bahasa dunia. Di India, bahasa Inggris adalah bahasa persatuan, di samping bahasa Hindi sebagai bahasa resmi, dan belasan bahasa lain yang digunakan di India.
Seperti halnya negara-negara yang pernah dijajah, banyak orang India yang belajar dan kemudian menetap di Inggris. Maka tak heran komunitas orang India cukup besar di Inggris. Demikian juga halnya dengan banyaknya pendatang lain di luar India seperti Malaysia, warga keturunan Arab (Timur Tengah), juga Indonesia. Sebagai negara maju tentu hal ini menjadi daya tarik bagi pendatang untuk menetap dan mencari nafkah di Inggris.

PANDANGAN MIRING BAGI PARA PENDATANG (DISKRIMINASI)
Inggris sendiri sekarang menjadi tempat berkumpulnya bermacam-macam ras, hampir menyerupai Amerika Serikat. Namun demikian tidak semua orang Inggris menerima mereka dengan senang hati. Banyak pandangan negatif yang diarahkan bagi para pendatang dan masih juga terjadi diskriminasi bagi mereka. Sama seperti Amerika Serikat yang diimpikan oleh banyak pendatang untuk mencari nafkah, tidak semua pendatang mendapat pekerjaan yang baik. Kurangnya kesempatan kerja yang sama bagi para pendatang serta kemiskinan masih kental di antara mereka, sehingga banyak terjadi kejahatan. Warga kulit putih kerap kali menuding bahwa banyaknya pendatanglah yang menyebabkan meningkatnya kejahatan. Ini juga yang menyebabkan salah satu diskriminasi bagi pendatang. Meskipun sekarang keadaan bertambah baik, masih ada sedikit perlakuan yang tidak menyenangkan bagi kaum pendatang.
Demikian halnya juga dengan nasib kaum kulit hitam (blackness) yang sering kali dipandang sebagai other. Stuart Hall dan rekan-rekannya di Birmingham Centre kerap mengkritik warga kulit putih yang melancarkan white racism. Mereka misalnya menunjukkan konstruksi media terhadap kriminalitas yang dilakukan orang-orang kulit hitam (black criminality) yang akhirnya dijadikan legitimasi oleh negara untuk membuat kebijakan-kebijakan yang merugikan kulit hitam. ¹

______________________________________________________________________________
¹Newsletter KUNCI No. 3, November 1999

Akar kata kolonialisme berasal dari bahasa Latin (Colonus) yang artinya petani. Koloni sendiri berarti suatu wilayah tertentu yang dikuasai untuk diambil hasil kekayaan alamnya. Sedangkan tindakan untuk menguasai suatu wilayah tertentu yang dikuasai untuk diambil hasil kekayaan alamnya disebut sebagai kolonialisme.
Keberadaan para pendatang yang sering mendapat “stempel/cap” miring membuat banyak peneliti dan intelektual seperti Edward Said (Palestina), Homi K. Bhaba dan Gayatri Chakravorty Spivak (India) memperjuangkan hak para pendatang yang kemudian lebih dikenal sebagai para penggugat kolonialisme.
Berbicara tentang ketidakadilan yang diterima oleh warga pendatang atau warga kulit berwarna dalam hal ini warga keturunan India juga kental dalam film Bend It Like Beckham. Lewat dialog-dialog yang mengalir, nyatalah bahwa diskriminasi masih ada dalam masyarakat Inggris saat ini.
Ambil contoh pada scene keluarga Bhamra dikunjungi oleh Joe, pelatih sepak bola Jess di klub Hounslow Harriers. Joe mencoba membujuk keluarga Bhamra untuk memperbolehkan Jess bermain dalam klub sepak bola. Dengan tegas mereka menolak dan dari dialog tersebut terungkaplah kepedihan ayah Jess tentang pengalaman dirinya ketika ia bermain untuk Inggris dimana ia diusir seperti anjing oleh orang-orang Inggris ketika bergabung dalam klub sepak bola. Luka hatinya karena perlakuan tersebut membuat ia melarang Jess bermain di klub sepak bola agar Jess tidak mendapatkan perlakuan serupa yang telah diterimanya. Diskriminasi yang kerap didapat membuat mereka amat ketat menjaga kedua puteri mereka Pinky dan Jess dalam tradisi India.
Contoh lain adalah ketika Jess bermain sepak bola melawan klub abcdf. Jess yang sembunyi-sembunyi pergi, namun ayahnya berhasil mengetahui dan diam-diam ikut nonton pertandingan Jess. Ia cukup bangga dengan kemahiran Jess menguasai bola dan bermain dengan bagus. Namun kali ini Jess sendiri yang merasakan ucapan menyakitkan dari lawannya yang mengatakan “Paki”. Jess amat marah dan tersinggung dengan ucapan tersebut. Dia mendorong lawannya keras dan siap untuk menghajarnya, namun dipisahkan oleh rekan-rekannya setim yang turut membela Jess. Akibatnya Jess dikeluarkan dari lapangan.
Saya pribadi kurang mengerti apa arti Paki itu. Tapi tampaknya ucapan itu lazim digunakan oleh warga kulit putih Inggris kepada warga pendatang dan yang pasti artinya sangat kasar, sehingga Jess marah besar. Adegan berlanjut ketika di ruang ganti Jess dimarahi Joe. Jess yang tidak terima kemarahan Joe, memburu Joe keluar kamar ganti dan dengan emosi ia berkata bahwa tidak adil memarahinya karena lawan menghinanya dengan sebutan Paki, yang menurut Jess, Joe pasti tidak tahu rasanya. Joe yang bersimpati berkata bahwa ia seorang Irlandia, dan ia tahu persis bagaimana rasanya.
Jadi dalam adegan tersebut, nyata bahwa masih adanya diskriminasi terhadap kaum pendatang tidak hanya dengan mereka yang notobene mempunyai kulit berwarna seperti warga India dan warga Asia lainnya serta keturunan Afrika, tapi juga bagi warga kulit putih non Inggris, seperti halnya kepada Joe yang keturunan Irlandia. Akar dari rasisme itu sendiri adalah klasifikasi-klasifikasi rasial yang dibangun dan dipertahankan dengan kekuasaan.²
Diskriminasi terhadap warga Irlandia juga karena sejarah panjang yang hitam antara kedua negara semenjak Inggris yang menguasai Irlandia Utara dituntut untuk mengembalikannya ke tangan Republik Irlandia (Irlandia Selatan). Ditambah lagi dengan adanya serangkaian gerakan teror bawah tanah yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menamakan diri IRA (Irish Republic Army) terhadap Inggris. Juga adanya “ketidaksenangan” warga Inggris atas warga Irlandia yang lebih dari sembilan puluh persen menganut agama Katolik.
² Newsletter KUNCI No. 8, September 2000
Agama Katolik tidak populer di Inggris semenjak adanya reformasi gereja oleh Raja Henry III (1509-1547) dan memisahkan diri dari gereja Katolik dan mendirikan aliran baru yaitu Anglican yang berpusat dan tunduk kepada raja dan ratu Inggris, bukan lagi kepada Paus di Vatican. Sedangkan Irlandia terkenal dengan orang-orang Katolik taat bias dibilang fanatik, yang tunduk pada Vatican.

RAS, ETNISITAS, DAN NASIONALISME WARGA KETURUNAN INDIA SERTA PANDANGAN WARGA KETURUNAN INDIA TERHADAP WARGA KULIT PUTIH
Konsep ras bisa ditelusuri jejaknya dari wacana biologis Darwinisme sosial yang menekankan "garis keturunan" dan "tipe-tipe manusia". Di sini ras menunjuk pada karakteristik-karakteristik yang dinyatakan secara fisik dan biologis. Bentuknya yang paling jelas adalah pigmentasi kulit. Atribut-atribut ini kemudian seringkali dikaitkan dengan intelejensi dan kemampuan, yang dipakai untuk memeringkat kelompok-kelompok yang telah diraskan dalam hirarki sosial, superioritas material, dan subordinasi.
Sedangkan makna Etnisitas adalah sebuah konsep kultural yang berpusat pada pembagian norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, simbol dan praktik-praktik kultural. Formasi kelompok etnis menyandarkan dirinya pada pembagian penanda-penanda kultral yang dibangun dalam di bawah konteks sejarah, sosial, dan politik yang khusus, yang mendorong perasaan saling memiliki, yang menciptakan mitos-mitos leluhur. Etnisitas mewujud dalam bagaimana cara kita berbicara tentang identitas kelompok, tanda-tanda dan simbol-simbol yang kita pakai mengidentifikasi kelompok.
Berkaitan dengan ras sendiri mungkin saya secara khusus dapat melihat beberapa orang tertentu masuk dalam ras mana. Tentang orang India sendiri tidak sulit untuk mengenalinya. Secara fisik mereka bertubuh cukup besar, dengan kulit “berwarna” bisa putih bisa juga sawo matang. Bentuk wajah terbilang mirip dengan orang Arab, dengan hidung mancung, bola mata hitam atau cokelat, alis tebal, serta rambut ikal. Seperti itulah kira-kira gambaran orang India pada umumnya.
Dalam film Bend It Like Beckham sendiri, ciri-ciri fisik sebagai orang India sangat kental ditampilkan. Sedangkan dari ciri etnis juga terwakili. Lihatlah pada scene pembuka dimana terdapat pertandingan sepak bola antara Manchaster United dengan Anderlecht. Salah komentator dalam pertandingan sepak bola tersebut, Garry Lineker, menanyakan pendapat ibu Jess tentang anaknya yang berhasil mencetak gol, dan beranggapan bahwa ia pasti bangga (Jess berangan-angan dapat bermain sepak bola dengan David Beckham idolanya). Ibunya menyanggah, ia malah marah-marah. Sosok ibu dengan pakaian adat India (Sari) terlihat mencolok ditengah-tengah orang kulit putih.
Demikian halnya dengan sosok ayah yang muncul pertama kali ketika ia masuk ke kamar Jess saat mengira di Jess berbicara dengan seseorang, padahal ia sedang “curhat” dengan poster Beckham tentang pertunangan Pinky, kakaknya yang membuat ia jengkel. Ayahnya masuk dan melihat ada siapa di kamarnya. Dari sosoknya,selain ciri fisik yang terlihat, sang ayah memakai sorban, pertanda ia penganut agama Sikh.
Begitupun jika diamati ruang tamu keluarga Bhamra, terdapat gambar Bubaji atau dalam agama Sikh beliau adalah Tuhan. Agama Sikh sendiri adalah hasil perpaduan antara agama Hindu dan Islam. Agama ini didirikan oleh guru Nanak (1469-1539), beliau juga mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak setuju dengan adanya konsep kasta dan dewa-dewa dalam agama Hindu.
Bahkan juga dalam scene pembuka kita dapat melihat dengan jelas bagaimana komunitas India itu sendiri di kota London. Hampir mirip dengan kota di India dengan maraknya pedagang makanan dan minuman khas India, took-toko pakaian yang khusus menjual pakaian adat India, dan ramainya jalan di sekitar dengan bersliweran warga keturunan India. Kendati terasa kontras juga sebab kaum mudanya rata-rata sudah mengenakan pakaian ala barat, seperti memakai celana jeans, t-shirt, kemeja, memakai kaca mata hitam atau kaca mata gaya, dan sebagainya.
Hanya wanita berumur saja yang terlihat setia menggunakan kain sari seperti ibu Jess, atau ibu Tony, teman akrab Jess yang ditemui di depan toko baju. Menarik dilihat bahwa mereka masih menggunakan bahasa India ketika memberi salam pada yang lebih tua dan sangat menaruh horamat, kendati terlihat Pinky tidak mau berlama-lama dengan orang tua.
Nasionalisme yang dalam arti luas berarti semangat yang muncul dalam diri seseorang terhadap negara atau ras, dimana ia mempunyai ikatan darah serta sejarah. Dalam beberapa adegan selalu tersisip kata-kata walaupun tidak langsung yang menyatakan bahwa India adalah yang terbaik. Jadi mereka paling tidak menikah dengan sesama India. Sangat “diharamkan” mereka menikah dengan orang kulit putih karena mereka menganggap orang India haruslah menikah dengan sesamanya. Mereka juga menganggap bahwa perkawinan dengan orangkulit putih pasti sial.
Menarik sekali dilihat dalam adegan Jess (dengan seragam baru klub) dimarahi ibunya yang memergoki dirinya main sepak bola di taman, dan di gendong oleh teman laki-lakinya. Di sini juga terungkap bahwa keponakan ayahnya yang seorang perancang busana menikah dengan laki-laki kulit putih berambut biru tapi tiga tahun kemudian bercerai. Ibu Jess tidak ingin hal itu terjadi pada Jess, malah ia mewajibkan Jess belajar memasak masakan Punjabi untuk hidangan makan malam lengkap, daging dan sayur-sayuran. Ia ingin Jess dapat memahami adat istiadat bangsanya.
Meskipun banyak warga keturunan India yang sudah menetap lama di Inggris, mancari nafkah, dan bahkan mati di Inggris, namun mereka sendiri juga punya pandangan sendiri terhadap warga kulit putih Inggris. Karena kerap menerima perlakuan yang tidak adil, maka warga keturunan India pun punya sebutan khusus untuk mereka, warga kulit putih. Jika diperhatikan, dalam adegan ketika Jess sedang bermain sepak bola di taman, ada tiga orang gadis yang menonton dengan penuh gairah dan “berafsu”. Bukan permainannya yang mereka amati tetapi sosok laki-laki teman Jess yang sedang mereka bicarakan. Kebetulan di bangku seberang mereka, Jules mengamati permainan Jess. Ketiga gadis tersebut menggunakan kata “Gori” untuk menyebut Jules atau perempuan kulit putih.
Perhatikan juga ketika dalam adegan Joe mengunjungi rumah Jess. Ketika ayah Jess bercerita tentang perlakuan tak adil yang diterimanya ia menyebutkan kata “Goreh” yang menunjuk pada laki-laki kulit putih. Ucapan semacam ini saya rasa lazim diantara warga India dalam menyebut orang asing atau warga kulit putih.
Nyata juga bahwa banyak warga kulit putih tidak “mau” tahu atau tidak tahu terhadap budaya India. Mereka terbiasa atau pemikiran mereka sudah terpola bahwa warga India itu seperti yang mereka pikirkan atau seperti yang mereka dengar. Misalnya pada adegan ganti pakaian mereka baru tahu bahwa perempuan India diwajibkan menikah dengan sesama India. Kulit putih tidak boleh, kulit hitam apalagi, Muslim amat sangat dilarang. Bagi orang India, meski sama-sama India tapi jika Muslim, maka dianggap bukan India. Sebab India identik dengan Hindu da Sikh. Begitu juga saat Jules mengajak Jess ke rumahnya dan bertemu dengan ibunya. Ibunya mengatakan apakah Jess sudah dijodohkan dengan laki-laki India. Ia bahkan meminta Jess untuk mengajari sopan santun bangsa India kepada Jules. Tergambar jelas tentang ketidaktahuan dan kesalah pahaman orang kulit putih terhadap orang India.
Orang India juga menganggap bahwa orang India yang terbaik seperti ketika dalam acara pertunangan Pinky dan Teeth. Jess yang membawa nampan berisi makanan untuk para tamu, tiba-tiba ditanya oleh seorang sesepuh yang mengatakan laki-laki seperti apa yang ingin Jess nikahi apakah yang bersih dan tipe businessman atau laki-laki dengan sorba besar dan bahwa hanya orang India yang mempunyai “big engine” dan penuh M.O.T. Karuan omongan perempuan tua tersebut disambut gelak tawa yang lain tapi membuat Jess merasa risih.

POSISI PEREMPUAN INDIA DALAM KELUARGA DAN DALAM PERGAULAN
India mempunyai ada istiadat yang kental. India juga memandang sosok perempuan sebagai sosok yang dihormati sekaligus sebagai pengambil keputusan. Meskipun India masih memegang adat patriarki, tapi sosok perempuan juga penting bagi sebuah keluarga.
Contoh dalam film ini adalah tatkala ibu Jess memarahi Jess yang digendong teman lelakinya, ibunya berkata bahwa mana ada keluarga yang mau mengambil menantu seorang pemain sepak bola yang berlarian kesana kemari tapi tidak bisa memasak chapatti. Dengan tegas ibunya berkata bahwa ia tidak mau membuat keluarganya malu. Dalam adat India, perempuan bertanggung jawab atas kehormatan dan harga diri keluarganya. Walaupun kedengarannya tidak adil tapi begitulah yang terjadi pada perempuan India.
Sosok perempuan juga digambarkan sebagai pengambil keputusan, seperti masih dalam adegan di atas, Jess yang protes ingin main sepak bola dan sang ayah ingin membela, dengan cepat dipotong oleh ibu yang katanya tidak boleh memanjakan Jess. Ayahnya tidak jadi berkata apa-apa, sebaliknya membenarkan sang ibu, dan membujuk Jess untuk berhenti main sepak bola.
Perempuan juga tidak boleh sembarangan bergaul dengan laki-laki. Tidak boleh menampakkan kaki (paha) yang dianggap setengah telanjang, apalagi yang ada luka bakar seperti yang dipunyai Jess. Perempuan harus bisa masak makanan khas Punjabi, dan yang terpenting tidak boleh main sepak bola. Hal ini terungkap dalam omelan panjang sang ibu sehabis memergoki Jess digendong teman laki-lakinya.
Amati juga ketika orangtua tunangan Pinky yang datang memutuskan pertunangan karena merasa melihat Jess berciuman dengan lelaki kulit putih di pemberhentian bis padahal saat itu Jess bersama Jules sedang tertawa terbahak-bahak mengetawai ibu Jules. Di situ peran ibu Teeth (tunangan Pinky) terlihat dominan terhadap keputusan keluarga bahkan terhadap suaminya. Suaminya terkesan agak takut dengan isterinya.
Perempuan juga harus tunduk pada adat istiadat asalnya. Seperti adanya perjodohan denganlaki-laki India atau bahkan wajib mencari suami orang India juga. Merugikan memang, tapi begitulah kenyataannya.

SEPAK BOLA, TEORI MASQUERADE, DAN ISU GAY-LESBIAN
Sepak bola modern identik dengan negara Inggris. Banyak orang mengira bahwa negara Inggrislah yang menemukan permainan sepak bola. Padahal tidak demikian sejarahnya. Sejarah mencatat bahwa yang pertama kali memainkan permainan sepak bola adalah Cina, sekitar abad 16 Masehi. Sedangkan Inggrislah yang mempopulerkan permainan sepak bola modern seperti yang telah dimainkan oleh jutaan orang di dunia saat ini. Konon permainan itu tercipta dari tentara inggris yang menendang-nendang tengkorak kepala semasa perang dunia I. Dari sinilah kemudian permainan sepak bola berkembang.
Inggris identik dengan permainan sepak bola meski Inggris sendiri baru sekali memenangkan Piala Dunia tahun 1966. Boleh dibilang permainan Inggris biasa saja, sampai sekitar tahun 1990-an, tim nasional Inggris mengadaptasi gaya permainan cepat ala klub Manchester United. Orang yang mempelopori gaya permainan itu salah satunya adalah David Beckham. Beckham sekarang bermain untuk kesebelasan Real Madrid, selain menjadi andalan di lini tengah sebagai gelandang , juga menjadi kapten tim nasional Inggris.
Beckham yang beristri mantan anggota grup penyanyi perempuan, Spice Girls, Victoria ‘Posh’ Adams juga kerap menjadi tudingan kekalahan Inggris, seperti saat Piala Dunia tahun 2000 dimana ia dikeluarkan dari lapangan (kartu merah) karena tindakannya yang tidak perlu. Pada dasarnya Beckham adalah “anak emas” masyarakat Inggris. Namun mereka juga benci terhadap Victoria yang dianggap terlalu dominan.
Baru-baru ini juga tersiar kabar skandal percintaan Beckham dengan Rebecca Loos anak seorang duta besar Inggris untuk Spanyol. Beckham juga dituding banyak pihak tidak mampu bermain bagus tapi lebih mampu menjadi foto model. Singkat kata Beckham menjadi simbol laki-laki metroseksual di dunia.
Sepak bola perempuan mulai populer sekitar tahun 1990-an. Sebagai juara dunia adalah tim nasional Amerika Serikat yang sudah beberapa kali mengantongi gelar juara dunia. Permainan mereka bagus dan saya rasa memang layak menjadi juara dunia. Di Amerika malah ada liga professional untuk perempuan, dengan kostum lengkap, dan stadion yang memadai. Liga ini juga disiarkan ke beberapa negara. Inggris sepertinya belum punya tim nasional untuk permpuan. Akhir-akhir ini saja terdengar adanya tim sepak bola perempuan di Inggris.
Lihat saja pada adegan Jules mengajak Jess ke rumahnya dan memperlihatkan padanya siaran televisi sepak bola perempuan liga Amerika. Jules begitu bersemangat dan fasih membeberkan tentang liga Amerika.
Teori Masquerade pada dasarnya menyatakan bahwa perempuan dalam film ini mengenakan topeng atau berperan seperti laki-laki, ia menginginkan maskulinitas. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Jess mengambil peran sebagai laki-laki lebih disebabkan faktor budaya yang mengikatnya dalam tradisi budaya India yang ketat, juga karena modernisasi. Jess tumbuh sebagai gadis yang tomboy, senang bermain sepak bola di taman dengan Tony, sahabatnya, dan beberapa teman laki-laki lainnya. Ia senang berpakaian kasual, sepatu kets, dan tidak pernah memakai riasan atau make-up pada wajah. Tapi ia juga gadis yang pintar, jika menyimak percakapannya dengan Tony tentang pelajaran Biologi saat mengantar Pinky mencari baju di scene awal film. Ia juga nekad ikut latihan klub meski sudah dilarang oleh orangtuanya.
Jules yang juga tomboy sebenarnya juga dilarang ibunya main sepak bola. Akan tetapi ayahnya mendukung untuk maju. Walaupun ibunya jengkel karena Jules seperti laki-laki dan sempat memarahi suaminya dan Jules saat bermain bola di halaman rumah mereka dan mengenai pot tanaman kesayangan ibunya. Jules belum tertarik untuk mengejar laki-laki seperti gadis-gadis pada umumnya. Pun demikian dengan Jess. Jess sangat berbeda dengan Pinky yang “centil, dan sangat perempuan”, yang selalu berpikiran untuk menikah dengan Teeth.
Selain tekanan adat istiadat yang membuat Jess tomboy adalah modernisasi. Kita tahu bahwa Inggris adalah negara modern. Para perempuannya sudah lebih bebas melakukan banyak hal seperti laki-laki meskipun masih ada yang menginginkan anak gadisnya tumbuh normal seperti perempuan lain, seperti harapan Paula Braxton, ibu Jules. Tentu berbeda halnya dengan Jess yang tumbuh dalam keluarga India, keluarga yang sangat ketat menjaga anak gadisnya. Meski demikian dengan tekanan yang ada, Jess bisa mewujudkan harapannya karena adanya pengertian yang lebih dari ayahnya yang mengizinkan Jess bermain sepak bola.
Isu tentang gay dan lesbian juga terdapat di dalam film ini. Tony, sahabat Jess adalah seorang Gay. Jess tahu itu tapi menutupi rapat rahasia Tony. Tony percaya pada Jess dan amat mendukung Jess dala bermainsepak bola. Tony memang mempunyai ”ciri” sebagia seorang gay, dengan pandangan yang kadang seperti perempuan, tapi ia juga takut apabila keluarga da teman-teman tahu ia seorang Gay. Dalam pandangan manapun, seorang laki-laki yang gay akan dipandang sebelah mata. Kemanapun ia pergi ia akan diejek, bahkandibuang dari keluarga bila perlu karena dianggap telah memalukankeluarga. Apalagi dengan adat yang ketat seperti orang India.
Ibu Jules, bahkan sempat mengira anaknya mempunyai hubungan lesbian dengan Jess,saat ia tanpa sengaja mendengar pertengkaran Jess dan Jules di rumah Jules. Paula Braxton tidak tahu bahwa mereka berdua bertengkar karena Joe, pelatihnya. Joe jatuh cinta pada Jess, padahal Jules mati-matian menyukai Joe. Ibunya yang tidak menndengar secara utuh pertengkaran tersebut langsung menyimpulkan bahwa Jules lesbian. Bukan main sedih dan hancurnya hati Paula.
Kesalahpahaman itu berlanjut ketika Jules hadir dalam pernikahan Pinky. Ibunya yang berkeras mengantar, tak tahan untuk mengatakan Jess seorang munafik. Ia juga terkejut melihat Jess memakai sepatu Jules, danmemintanya untuk melepaskan sepatu tersebut. Jules yang malu menarik ibunya dari tempat tersebut. Jules jengkel saat ibunya berkeras mereka lesbian. Dengan marah Jules berkata mereka bertengkar gara-gara Joe, seorang laki-laki tulen, tandas Jules. Lucunya, setelah menyadari kesalahannya ia malah mendukung lesbian ketika ditanya Jules memangnya kenapa kalau dia lesbian. Kata Paula ia mendukung Martina Navratilova untuk menjadi lesbian.
Sebagai film yang bermuatan kultur India, saya rasa film ini memang layak untuk ditonton dan wajar jika ikut dalam festival film. Jika berbicara tentang kultur negara “dunia ketiga” seperti India memang menarik sekali. Dengan demikian semua orang akan tahu tentang budaya India, terutama ditujukan bagi orang kulit putih yang selalu beranggapan miring bagi warga pendatang. Kelucuan, kesedihan, kegembiraan, maupun pesan moral tergambar jelas di film ini. Dialog, setting, yang mendukung menjadi nilai lebih bagi film ini.


DAFTAR PUSTAKA

Newsletter KUNCI No. 3, November 1999
Newsletter KUNCI No. 6-7, Mei-Juni 2000
Newsletter KUNCI No. 8, September 2000
Posfeminisme dan Cultural Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehnsif (Ann Brooks)
Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris (Samekto, S.S, M.A)
Buku Pintar Seri Senior (Iwan Gayo)
Pelajaran Sejarah Untuk SMU kelas 2 dan 3
www.google.com
NB: Gue tulis analisa film ini ketika masuk kelas Teori Film dengan pengajar Mbak Nan T. Achnas, sutradara film "Pasir Berbisik".