Akar kata kolonialisme berasal dari bahasa Latin (Colonus) yang artinya petani. Koloni sendiri berarti suatu wilayah tertentu yang dikuasai untuk diambil hasil kekayaan alamnya. Sedangkan tindakan untuk menguasai suatu wilayah tertentu yang dikuasai untuk diambil hasil kekayaan alamnya disebut sebagai kolonialisme.
Keberadaan para pendatang yang sering mendapat “stempel/cap” miring membuat banyak peneliti dan intelektual seperti Edward Said (Palestina), Homi K. Bhaba dan Gayatri Chakravorty Spivak (India) memperjuangkan hak para pendatang yang kemudian lebih dikenal sebagai para penggugat kolonialisme.
Berbicara tentang ketidakadilan yang diterima oleh warga pendatang atau warga kulit berwarna dalam hal ini warga keturunan India juga kental dalam film Bend It Like Beckham. Lewat dialog-dialog yang mengalir, nyatalah bahwa diskriminasi masih ada dalam masyarakat Inggris saat ini.
Ambil contoh pada scene keluarga Bhamra dikunjungi oleh Joe, pelatih sepak bola Jess di klub Hounslow Harriers. Joe mencoba membujuk keluarga Bhamra untuk memperbolehkan Jess bermain dalam klub sepak bola. Dengan tegas mereka menolak dan dari dialog tersebut terungkaplah kepedihan ayah Jess tentang pengalaman dirinya ketika ia bermain untuk Inggris dimana ia diusir seperti anjing oleh orang-orang Inggris ketika bergabung dalam klub sepak bola. Luka hatinya karena perlakuan tersebut membuat ia melarang Jess bermain di klub sepak bola agar Jess tidak mendapatkan perlakuan serupa yang telah diterimanya. Diskriminasi yang kerap didapat membuat mereka amat ketat menjaga kedua puteri mereka Pinky dan Jess dalam tradisi India.
Contoh lain adalah ketika Jess bermain sepak bola melawan klub abcdf. Jess yang sembunyi-sembunyi pergi, namun ayahnya berhasil mengetahui dan diam-diam ikut nonton pertandingan Jess. Ia cukup bangga dengan kemahiran Jess menguasai bola dan bermain dengan bagus. Namun kali ini Jess sendiri yang merasakan ucapan menyakitkan dari lawannya yang mengatakan “Paki”. Jess amat marah dan tersinggung dengan ucapan tersebut. Dia mendorong lawannya keras dan siap untuk menghajarnya, namun dipisahkan oleh rekan-rekannya setim yang turut membela Jess. Akibatnya Jess dikeluarkan dari lapangan.
Saya pribadi kurang mengerti apa arti Paki itu. Tapi tampaknya ucapan itu lazim digunakan oleh warga kulit putih Inggris kepada warga pendatang dan yang pasti artinya sangat kasar, sehingga Jess marah besar. Adegan berlanjut ketika di ruang ganti Jess dimarahi Joe. Jess yang tidak terima kemarahan Joe, memburu Joe keluar kamar ganti dan dengan emosi ia berkata bahwa tidak adil memarahinya karena lawan menghinanya dengan sebutan Paki, yang menurut Jess, Joe pasti tidak tahu rasanya. Joe yang bersimpati berkata bahwa ia seorang Irlandia, dan ia tahu persis bagaimana rasanya.
Jadi dalam adegan tersebut, nyata bahwa masih adanya diskriminasi terhadap kaum pendatang tidak hanya dengan mereka yang notobene mempunyai kulit berwarna seperti warga India dan warga Asia lainnya serta keturunan Afrika, tapi juga bagi warga kulit putih non Inggris, seperti halnya kepada Joe yang keturunan Irlandia. Akar dari rasisme itu sendiri adalah klasifikasi-klasifikasi rasial yang dibangun dan dipertahankan dengan kekuasaan.²
Diskriminasi terhadap warga Irlandia juga karena sejarah panjang yang hitam antara kedua negara semenjak Inggris yang menguasai Irlandia Utara dituntut untuk mengembalikannya ke tangan Republik Irlandia (Irlandia Selatan). Ditambah lagi dengan adanya serangkaian gerakan teror bawah tanah yang dilakukan oleh sekelompok orang yang menamakan diri IRA (Irish Republic Army) terhadap Inggris. Juga adanya “ketidaksenangan” warga Inggris atas warga Irlandia yang lebih dari sembilan puluh persen menganut agama Katolik.
² Newsletter KUNCI No. 8, September 2000
Agama Katolik tidak populer di Inggris semenjak adanya reformasi gereja oleh Raja Henry III (1509-1547) dan memisahkan diri dari gereja Katolik dan mendirikan aliran baru yaitu Anglican yang berpusat dan tunduk kepada raja dan ratu Inggris, bukan lagi kepada Paus di Vatican. Sedangkan Irlandia terkenal dengan orang-orang Katolik taat bias dibilang fanatik, yang tunduk pada Vatican.
RAS, ETNISITAS, DAN NASIONALISME WARGA KETURUNAN INDIA SERTA PANDANGAN WARGA KETURUNAN INDIA TERHADAP WARGA KULIT PUTIH Konsep ras bisa ditelusuri jejaknya dari wacana biologis Darwinisme sosial yang menekankan "garis keturunan" dan "tipe-tipe manusia". Di sini ras menunjuk pada karakteristik-karakteristik yang dinyatakan secara fisik dan biologis. Bentuknya yang paling jelas adalah pigmentasi kulit. Atribut-atribut ini kemudian seringkali dikaitkan dengan intelejensi dan kemampuan, yang dipakai untuk memeringkat kelompok-kelompok yang telah diraskan dalam hirarki sosial, superioritas material, dan subordinasi.
Sedangkan makna Etnisitas adalah sebuah konsep kultural yang berpusat pada pembagian norma-norma, nilai-nilai, kepercayaan, simbol dan praktik-praktik kultural. Formasi kelompok etnis menyandarkan dirinya pada pembagian penanda-penanda kultral yang dibangun dalam di bawah konteks sejarah, sosial, dan politik yang khusus, yang mendorong perasaan saling memiliki, yang menciptakan mitos-mitos leluhur. Etnisitas mewujud dalam bagaimana cara kita berbicara tentang identitas kelompok, tanda-tanda dan simbol-simbol yang kita pakai mengidentifikasi kelompok.
Berkaitan dengan ras sendiri mungkin saya secara khusus dapat melihat beberapa orang tertentu masuk dalam ras mana. Tentang orang India sendiri tidak sulit untuk mengenalinya. Secara fisik mereka bertubuh cukup besar, dengan kulit “berwarna” bisa putih bisa juga sawo matang. Bentuk wajah terbilang mirip dengan orang Arab, dengan hidung mancung, bola mata hitam atau cokelat, alis tebal, serta rambut ikal. Seperti itulah kira-kira gambaran orang India pada umumnya.
Dalam film Bend It Like Beckham sendiri, ciri-ciri fisik sebagai orang India sangat kental ditampilkan. Sedangkan dari ciri etnis juga terwakili. Lihatlah pada scene pembuka dimana terdapat pertandingan sepak bola antara Manchaster United dengan Anderlecht. Salah komentator dalam pertandingan sepak bola tersebut, Garry Lineker, menanyakan pendapat ibu Jess tentang anaknya yang berhasil mencetak gol, dan beranggapan bahwa ia pasti bangga (Jess berangan-angan dapat bermain sepak bola dengan David Beckham idolanya). Ibunya menyanggah, ia malah marah-marah. Sosok ibu dengan pakaian adat India (Sari) terlihat mencolok ditengah-tengah orang kulit putih.
Demikian halnya dengan sosok ayah yang muncul pertama kali ketika ia masuk ke kamar Jess saat mengira di Jess berbicara dengan seseorang, padahal ia sedang “curhat” dengan poster Beckham tentang pertunangan Pinky, kakaknya yang membuat ia jengkel. Ayahnya masuk dan melihat ada siapa di kamarnya. Dari sosoknya,selain ciri fisik yang terlihat, sang ayah memakai sorban, pertanda ia penganut agama Sikh.
Begitupun jika diamati ruang tamu keluarga Bhamra, terdapat gambar Bubaji atau dalam agama Sikh beliau adalah Tuhan. Agama Sikh sendiri adalah hasil perpaduan antara agama Hindu dan Islam. Agama ini didirikan oleh guru Nanak (1469-1539), beliau juga mengajarkan bahwa hanya ada satu Tuhan dan tidak setuju dengan adanya konsep kasta dan dewa-dewa dalam agama Hindu.
Bahkan juga dalam scene pembuka kita dapat melihat dengan jelas bagaimana komunitas India itu sendiri di kota London. Hampir mirip dengan kota di India dengan maraknya pedagang makanan dan minuman khas India, took-toko pakaian yang khusus menjual pakaian adat India, dan ramainya jalan di sekitar dengan bersliweran warga keturunan India. Kendati terasa kontras juga sebab kaum mudanya rata-rata sudah mengenakan pakaian ala barat, seperti memakai celana jeans, t-shirt, kemeja, memakai kaca mata hitam atau kaca mata gaya, dan sebagainya.
Hanya wanita berumur saja yang terlihat setia menggunakan kain sari seperti ibu Jess, atau ibu Tony, teman akrab Jess yang ditemui di depan toko baju. Menarik dilihat bahwa mereka masih menggunakan bahasa India ketika memberi salam pada yang lebih tua dan sangat menaruh horamat, kendati terlihat Pinky tidak mau berlama-lama dengan orang tua.
Nasionalisme yang dalam arti luas berarti semangat yang muncul dalam diri seseorang terhadap negara atau ras, dimana ia mempunyai ikatan darah serta sejarah. Dalam beberapa adegan selalu tersisip kata-kata walaupun tidak langsung yang menyatakan bahwa India adalah yang terbaik. Jadi mereka paling tidak menikah dengan sesama India. Sangat “diharamkan” mereka menikah dengan orang kulit putih karena mereka menganggap orang India haruslah menikah dengan sesamanya. Mereka juga menganggap bahwa perkawinan dengan orangkulit putih pasti sial.
Menarik sekali dilihat dalam adegan Jess (dengan seragam baru klub) dimarahi ibunya yang memergoki dirinya main sepak bola di taman, dan di gendong oleh teman laki-lakinya. Di sini juga terungkap bahwa keponakan ayahnya yang seorang perancang busana menikah dengan laki-laki kulit putih berambut biru tapi tiga tahun kemudian bercerai. Ibu Jess tidak ingin hal itu terjadi pada Jess, malah ia mewajibkan Jess belajar memasak masakan Punjabi untuk hidangan makan malam lengkap, daging dan sayur-sayuran. Ia ingin Jess dapat memahami adat istiadat bangsanya.
Meskipun banyak warga keturunan India yang sudah menetap lama di Inggris, mancari nafkah, dan bahkan mati di Inggris, namun mereka sendiri juga punya pandangan sendiri terhadap warga kulit putih Inggris. Karena kerap menerima perlakuan yang tidak adil, maka warga keturunan India pun punya sebutan khusus untuk mereka, warga kulit putih. Jika diperhatikan, dalam adegan ketika Jess sedang bermain sepak bola di taman, ada tiga orang gadis yang menonton dengan penuh gairah dan “berafsu”. Bukan permainannya yang mereka amati tetapi sosok laki-laki teman Jess yang sedang mereka bicarakan. Kebetulan di bangku seberang mereka, Jules mengamati permainan Jess. Ketiga gadis tersebut menggunakan kata “Gori” untuk menyebut Jules atau perempuan kulit putih.
Perhatikan juga ketika dalam adegan Joe mengunjungi rumah Jess. Ketika ayah Jess bercerita tentang perlakuan tak adil yang diterimanya ia menyebutkan kata “Goreh” yang menunjuk pada laki-laki kulit putih. Ucapan semacam ini saya rasa lazim diantara warga India dalam menyebut orang asing atau warga kulit putih.
Nyata juga bahwa banyak warga kulit putih tidak “mau” tahu atau tidak tahu terhadap budaya India. Mereka terbiasa atau pemikiran mereka sudah terpola bahwa warga India itu seperti yang mereka pikirkan atau seperti yang mereka dengar. Misalnya pada adegan ganti pakaian mereka baru tahu bahwa perempuan India diwajibkan menikah dengan sesama India. Kulit putih tidak boleh, kulit hitam apalagi, Muslim amat sangat dilarang. Bagi orang India, meski sama-sama India tapi jika Muslim, maka dianggap bukan India. Sebab India identik dengan Hindu da Sikh. Begitu juga saat Jules mengajak Jess ke rumahnya dan bertemu dengan ibunya. Ibunya mengatakan apakah Jess sudah dijodohkan dengan laki-laki India. Ia bahkan meminta Jess untuk mengajari sopan santun bangsa India kepada Jules. Tergambar jelas tentang ketidaktahuan dan kesalah pahaman orang kulit putih terhadap orang India.
Orang India juga menganggap bahwa orang India yang terbaik seperti ketika dalam acara pertunangan Pinky dan Teeth. Jess yang membawa nampan berisi makanan untuk para tamu, tiba-tiba ditanya oleh seorang sesepuh yang mengatakan laki-laki seperti apa yang ingin Jess nikahi apakah yang bersih dan tipe businessman atau laki-laki dengan sorba besar dan bahwa hanya orang India yang mempunyai “big engine” dan penuh M.O.T. Karuan omongan perempuan tua tersebut disambut gelak tawa yang lain tapi membuat Jess merasa risih.
POSISI PEREMPUAN INDIA DALAM KELUARGA DAN DALAM PERGAULAN India mempunyai ada istiadat yang kental. India juga memandang sosok perempuan sebagai sosok yang dihormati sekaligus sebagai pengambil keputusan. Meskipun India masih memegang adat patriarki, tapi sosok perempuan juga penting bagi sebuah keluarga.
Contoh dalam film ini adalah tatkala ibu Jess memarahi Jess yang digendong teman lelakinya, ibunya berkata bahwa mana ada keluarga yang mau mengambil menantu seorang pemain sepak bola yang berlarian kesana kemari tapi tidak bisa memasak chapatti. Dengan tegas ibunya berkata bahwa ia tidak mau membuat keluarganya malu. Dalam adat India, perempuan bertanggung jawab atas kehormatan dan harga diri keluarganya. Walaupun kedengarannya tidak adil tapi begitulah yang terjadi pada perempuan India.
Sosok perempuan juga digambarkan sebagai pengambil keputusan, seperti masih dalam adegan di atas, Jess yang protes ingin main sepak bola dan sang ayah ingin membela, dengan cepat dipotong oleh ibu yang katanya tidak boleh memanjakan Jess. Ayahnya tidak jadi berkata apa-apa, sebaliknya membenarkan sang ibu, dan membujuk Jess untuk berhenti main sepak bola.
Perempuan juga tidak boleh sembarangan bergaul dengan laki-laki. Tidak boleh menampakkan kaki (paha) yang dianggap setengah telanjang, apalagi yang ada luka bakar seperti yang dipunyai Jess. Perempuan harus bisa masak makanan khas Punjabi, dan yang terpenting tidak boleh main sepak bola. Hal ini terungkap dalam omelan panjang sang ibu sehabis memergoki Jess digendong teman laki-lakinya.
Amati juga ketika orangtua tunangan Pinky yang datang memutuskan pertunangan karena merasa melihat Jess berciuman dengan lelaki kulit putih di pemberhentian bis padahal saat itu Jess bersama Jules sedang tertawa terbahak-bahak mengetawai ibu Jules. Di situ peran ibu Teeth (tunangan Pinky) terlihat dominan terhadap keputusan keluarga bahkan terhadap suaminya. Suaminya terkesan agak takut dengan isterinya.
Perempuan juga harus tunduk pada adat istiadat asalnya. Seperti adanya perjodohan denganlaki-laki India atau bahkan wajib mencari suami orang India juga. Merugikan memang, tapi begitulah kenyataannya.
SEPAK BOLA, TEORI MASQUERADE, DAN ISU GAY-LESBIAN Sepak bola modern identik dengan negara Inggris. Banyak orang mengira bahwa negara Inggrislah yang menemukan permainan sepak bola. Padahal tidak demikian sejarahnya. Sejarah mencatat bahwa yang pertama kali memainkan permainan sepak bola adalah Cina, sekitar abad 16 Masehi. Sedangkan Inggrislah yang mempopulerkan permainan sepak bola modern seperti yang telah dimainkan oleh jutaan orang di dunia saat ini. Konon permainan itu tercipta dari tentara inggris yang menendang-nendang tengkorak kepala semasa perang dunia I. Dari sinilah kemudian permainan sepak bola berkembang.
Inggris identik dengan permainan sepak bola meski Inggris sendiri baru sekali memenangkan Piala Dunia tahun 1966. Boleh dibilang permainan Inggris biasa saja, sampai sekitar tahun 1990-an, tim nasional Inggris mengadaptasi gaya permainan cepat ala klub Manchester United. Orang yang mempelopori gaya permainan itu salah satunya adalah David Beckham. Beckham sekarang bermain untuk kesebelasan Real Madrid, selain menjadi andalan di lini tengah sebagai gelandang , juga menjadi kapten tim nasional Inggris.
Beckham yang beristri mantan anggota grup penyanyi perempuan, Spice Girls, Victoria ‘Posh’ Adams juga kerap menjadi tudingan kekalahan Inggris, seperti saat Piala Dunia tahun 2000 dimana ia dikeluarkan dari lapangan (kartu merah) karena tindakannya yang tidak perlu. Pada dasarnya Beckham adalah “anak emas” masyarakat Inggris. Namun mereka juga benci terhadap Victoria yang dianggap terlalu dominan.
Baru-baru ini juga tersiar kabar skandal percintaan Beckham dengan Rebecca Loos anak seorang duta besar Inggris untuk Spanyol. Beckham juga dituding banyak pihak tidak mampu bermain bagus tapi lebih mampu menjadi foto model. Singkat kata Beckham menjadi simbol laki-laki metroseksual di dunia.
Sepak bola perempuan mulai populer sekitar tahun 1990-an. Sebagai juara dunia adalah tim nasional Amerika Serikat yang sudah beberapa kali mengantongi gelar juara dunia. Permainan mereka bagus dan saya rasa memang layak menjadi juara dunia. Di Amerika malah ada liga professional untuk perempuan, dengan kostum lengkap, dan stadion yang memadai. Liga ini juga disiarkan ke beberapa negara. Inggris sepertinya belum punya tim nasional untuk permpuan. Akhir-akhir ini saja terdengar adanya tim sepak bola perempuan di Inggris.
Lihat saja pada adegan Jules mengajak Jess ke rumahnya dan memperlihatkan padanya siaran televisi sepak bola perempuan liga Amerika. Jules begitu bersemangat dan fasih membeberkan tentang liga Amerika.
Teori Masquerade pada dasarnya menyatakan bahwa perempuan dalam film ini mengenakan topeng atau berperan seperti laki-laki, ia menginginkan maskulinitas. Kenapa bisa terjadi seperti itu? Jess mengambil peran sebagai laki-laki lebih disebabkan faktor budaya yang mengikatnya dalam tradisi budaya India yang ketat, juga karena modernisasi. Jess tumbuh sebagai gadis yang tomboy, senang bermain sepak bola di taman dengan Tony, sahabatnya, dan beberapa teman laki-laki lainnya. Ia senang berpakaian kasual, sepatu kets, dan tidak pernah memakai riasan atau make-up pada wajah. Tapi ia juga gadis yang pintar, jika menyimak percakapannya dengan Tony tentang pelajaran Biologi saat mengantar Pinky mencari baju di scene awal film. Ia juga nekad ikut latihan klub meski sudah dilarang oleh orangtuanya.
Jules yang juga tomboy sebenarnya juga dilarang ibunya main sepak bola. Akan tetapi ayahnya mendukung untuk maju. Walaupun ibunya jengkel karena Jules seperti laki-laki dan sempat memarahi suaminya dan Jules saat bermain bola di halaman rumah mereka dan mengenai pot tanaman kesayangan ibunya. Jules belum tertarik untuk mengejar laki-laki seperti gadis-gadis pada umumnya. Pun demikian dengan Jess. Jess sangat berbeda dengan Pinky yang “centil, dan sangat perempuan”, yang selalu berpikiran untuk menikah dengan Teeth.
Selain tekanan adat istiadat yang membuat Jess tomboy adalah modernisasi. Kita tahu bahwa Inggris adalah negara modern. Para perempuannya sudah lebih bebas melakukan banyak hal seperti laki-laki meskipun masih ada yang menginginkan anak gadisnya tumbuh normal seperti perempuan lain, seperti harapan Paula Braxton, ibu Jules. Tentu berbeda halnya dengan Jess yang tumbuh dalam keluarga India, keluarga yang sangat ketat menjaga anak gadisnya. Meski demikian dengan tekanan yang ada, Jess bisa mewujudkan harapannya karena adanya pengertian yang lebih dari ayahnya yang mengizinkan Jess bermain sepak bola.
Isu tentang gay dan lesbian juga terdapat di dalam film ini. Tony, sahabat Jess adalah seorang Gay. Jess tahu itu tapi menutupi rapat rahasia Tony. Tony percaya pada Jess dan amat mendukung Jess dala bermainsepak bola. Tony memang mempunyai ”ciri” sebagia seorang gay, dengan pandangan yang kadang seperti perempuan, tapi ia juga takut apabila keluarga da teman-teman tahu ia seorang Gay. Dalam pandangan manapun, seorang laki-laki yang gay akan dipandang sebelah mata. Kemanapun ia pergi ia akan diejek, bahkandibuang dari keluarga bila perlu karena dianggap telah memalukankeluarga. Apalagi dengan adat yang ketat seperti orang India.
Ibu Jules, bahkan sempat mengira anaknya mempunyai hubungan lesbian dengan Jess,saat ia tanpa sengaja mendengar pertengkaran Jess dan Jules di rumah Jules. Paula Braxton tidak tahu bahwa mereka berdua bertengkar karena Joe, pelatihnya. Joe jatuh cinta pada Jess, padahal Jules mati-matian menyukai Joe. Ibunya yang tidak menndengar secara utuh pertengkaran tersebut langsung menyimpulkan bahwa Jules lesbian. Bukan main sedih dan hancurnya hati Paula.
Kesalahpahaman itu berlanjut ketika Jules hadir dalam pernikahan Pinky. Ibunya yang berkeras mengantar, tak tahan untuk mengatakan Jess seorang munafik. Ia juga terkejut melihat Jess memakai sepatu Jules, danmemintanya untuk melepaskan sepatu tersebut. Jules yang malu menarik ibunya dari tempat tersebut. Jules jengkel saat ibunya berkeras mereka lesbian. Dengan marah Jules berkata mereka bertengkar gara-gara Joe, seorang laki-laki tulen, tandas Jules. Lucunya, setelah menyadari kesalahannya ia malah mendukung lesbian ketika ditanya Jules memangnya kenapa kalau dia lesbian. Kata Paula ia mendukung Martina Navratilova untuk menjadi lesbian.
Sebagai film yang bermuatan kultur India, saya rasa film ini memang layak untuk ditonton dan wajar jika ikut dalam festival film. Jika berbicara tentang kultur negara “dunia ketiga” seperti India memang menarik sekali. Dengan demikian semua orang akan tahu tentang budaya India, terutama ditujukan bagi orang kulit putih yang selalu beranggapan miring bagi warga pendatang. Kelucuan, kesedihan, kegembiraan, maupun pesan moral tergambar jelas di film ini. Dialog, setting, yang mendukung menjadi nilai lebih bagi film ini.
DAFTAR PUSTAKANewsletter KUNCI No. 3, November 1999
Newsletter KUNCI No. 6-7, Mei-Juni 2000
Newsletter KUNCI No. 8, September 2000
Posfeminisme dan Cultural Studies Sebuah Pengantar Paling Komprehnsif (Ann Brooks)
Ikhtisar Sejarah Bangsa Inggris (Samekto, S.S, M.A)
Buku Pintar Seri Senior (Iwan Gayo)
Pelajaran Sejarah Untuk SMU kelas 2 dan 3
www.google.com