Name:
Location: Bekasi, West Java, Indonesia

Thursday, September 28, 2006

Filosofi Memasak

Saya suka memasak. Masak apa saja, masak sayur, masak daging, kue-kue, pokoknya saya suka memasak. Padahal dulu saya tidak suka memasak. Boro-boro masak, yang saya suka hanya makannya saja. Saya mulai menyukai memasak karena dipaksa keadaan. Di rumah tidak ada pembantu sejak dulu, semuanya dikerjakan sendiri. Mulai dari memasak, membersihkan rumah, menyapu, mengepel, mencuci, dan banyak pekerjaan rumah tangga lainnya dikerjakan sendiri.

Tahun 2002 baru saya mulai memasak. Mulanya sulit, untungnya saya dulu sering membantu Mama di dapur meski bukan memasak. Dari yang tidak bisa memasak, makin lama saya semakin bisa memasak. Lama-lama kalau Mama sudah malas memasak, sayalah yang disuruh masak. Yang lucu, saya sering bertengkar masalah memasak dengan Mama. Dan biasanya kalau sudah begitu apapun yang saya masak rasanya akan tak karuan meski dengan bumbu yang sama, cara yang sama, dan tangan yang sama. Mbak Sesi, kakak perempuan saya pernah berkata begini: "Gue paling sebel kalo makan masakkan lu pas lu abis berantem sama Mama. Amit-amit deh rasanya! Gak enak!".

Tahun 2004, ada sebuah dorama (sinetron Jepang) yang berjudul Azuka. Ceritanya tentang sebuah keluarga di Osaka yang mempunyai usaha sebagai pembuat kue tradisional Jepang. Dari sanalah saya belajar filosofi memasak. Satu yang saya mengerti bahwa memasak pun butuh jiwa di dalamnya. Pada saat memasak kita memberikan hati, memberikan jiwa pada masakkan kita. Bila hati kita tenang, penuh konsentrasi, maka masakkan yang kita buat akan terasa lezat. Namun apabila saat kita membuatnya dengan emosi negatif seperti habis bertengkar maka niscaya masakkan itu pun akan terasa tidak enak, penuh energi negatif di dalamnya.

0 Comments:

Post a Comment

<< Home